Selasa, 28 Juli 2009

Hutang

Banyak sekali cerita yang sering kita dengar mengenai nasib orang yang berhutang, sangat identik dengan hidup yang merana dan menderita. Kasihan memang mereka,... Nabi menganjurkan untuk menyambangi orang2 yang bangkut, dipecat, dsb... kita harus selalu menyemangati mereka agar mereka tidak putus asa. Dan dooor, atau gedubrak jatuh dari loteng, bunuh diri karena stress.
Ya, stress ternyata bisa juga jadi alat pembunuh yang keji. Pembunuhnya membunuh dirinya sendiri.

Mana yang lebih mulia? Orang yang berhutang atau koruptor? Menurut saya, lebih mulia orang yang berhutang karena dia memilih berhutang dan melunasi hutang tsb untuk harga dirinya daripada koruptor yang mencuri demi harga dirinya.

Memang Islam menganjurkan agar kita tidak berhutang tapi bagaimana yang telah terlanjur berhutang dan telah berusaha maksimal tapi belum juga kunjung dapat cara melunasi hutangnya?

Contoh, saya punya seorang sahabat. Saya sangat sering berdiskusi dengannya. Dia, menurut dia sendiri, pengusaha yang belum sukses. Alasannya, dia masih berhutang dan dia menderita karena hutangnya. Dikejar target, diburu orang saat jatuh tempo, ditagih2 saat telat membayar, dsb. Intinya dia tidak merasa tenang karena hutang. Hebatnya, dia selalu bisa tidur saat malam, selama 5 tahun lebih. Menurut saya hebat juga dia, bisa memanage stressnya. Biasanya dan setahu saya, orang2 yg punya hutang dan dikejar2 pasti susah tidur. Bahkan gak sedikit yang bunuh diri dan saling bunuh.
Sampai saat ini dia masih berusaha dalam bisnisnya. Tiap kali berdiskusi selalu semangatnya sama, ingin melunasi hutang2nya meski dirasanya berat dan sangat besar untuk dilunasi dalam waktu singkat. Setahu saya, kronologi usahanya, dia belum pernah usaha sama sekali, setelah lulus kuliah dia langsung masuk secara tidak sengaja dalam dunia usaha. Dia tidak belajar dulu seperti orang2 yg sering saya lihat belajar dari orang kemudian membuka usaha. Dia learning by doing, dan kami sepakat bahwa memang takdirnya begitu.
Sekarang dia masih berusaha, membaca peluang, menggonta-ganti produk/jasa usaha, menambah dan mengurangi divisi di perusahaannya, memperbaiki internal tim work-nya, mencari akses modal cepat, mencari pasar cash, dsb, dsb.... Ah klo melihat perjuangannya, suatu saat nanti klo punya teman bos di bank, pasti akan saya rekomendasikan sahabat saya ini supaya segera dibantu usahanya.
Beberapa hari yang lalu saya ketemu, saat ini dia sedang mengerjakan satu proyek dengan nilai setara dengan omset 1-2 bulan yang biasa dia dapatkan. Dan, masih tetap berhutang. Dia sedikit gagal menyelesaikan pekerjaan tsb tepat waktu sehingga mengacaukan keuangan perusahaannya. Waktu pembayaran dari kliennya juga tidak sesuai dengan perjanjian di depan.
Tapi herannya saya, total gaji karyawannya itu puluhan juta setiap bulannya, sedangkan dia tidak punya backup bank sama sekali. Koq dia bisa bayar disiplin karyawannya ya? Saya pernah menanyakan hal ini ke dia, katanya sambil tersenyum,"Ya itulah intinya bisnis, memutar uang. Yang diputar bukan cuma untung tapi bisa juga hutang." Jadi meski hidupnya tidak sesukses rekan2 pengusaha lainnya, menurut saya dia cukup sukses. Karena dia, yang saya tahu, bekerja demi karyawan yang dia pimpin. Meski kadang dia lelah tapi dia masih tetap fight karena karyawannya merasa dia berjuang untuk mereka. Yang saya tau, boleh jadi dia gak punya modal tapi dia punya tim yang tangguh. Dan menurut saya itu layak dipertahankan.

Hebat mana klo dia dibandingkan dengan anak orang kaya yang dimodalin bapaknya? Lebih fight mana? Saya yakin perbedaannya sama seperti kita membedakan mana ayam kampung dan mana ayam ternakan. Mirip tapi berbeda.

So, begitulah hutang. Sekarang, bagaimana menurut anda?

Definisi sukses

Hari ini lepas lagi rencana saya. Sudah terplanning dengan baik rencana usaha ini, eh melenceng lagi seperti biasanya.... gedubrak. Capek rasanya. Selalu berurusan dengan hal yang sama. Kegagalan. Meski bukan berarti gagal tapi melelahkan rasanya. Stress membuat kepala dan hati jadi berubah. Ini juga jadi masalah akhirnya. Ujian hidup, terutama dalam berusaha cari rezeki, memang menurut saya gak jauh beda dengan peperangan. Jihad Fiisabilillah. Cuma masalahnya saya ini pelupa, seringkali atau jaraaaaaang banget mengingat hal-hal yang membangkitkan semangat seperti ini. Persamaan lainnya dengan peperangan, ada ketegangan di dalam berusaha. Mulai dari tegangnya mencari modal untuk usaha, berurusan dengan para penipu dan koruptor, dikejar-kejar dan kejar2an dengan hutang, piutang yg tak tertagih padahal lg butuh duit,....dsb, dsb.... menurut saya, mirip2 dengan peperangan hanya versinya aj beda. Klo peperangan bisa mati, tapi klo usaha paling2 masuk penjara :D
Makanya kata Nabi, orang yang istirahat beberapa saat disore hari (sblm magrib) setelah bekerja akan mendapat berkah.
Kira2 beberapa minggu yang lalu saya berdiskusi dengan kakak saya, mengenai definisi sukses setiap hari. Menurutnya, klo kita muslim, ya bagaimana kita agar bisa menjaga shalat kita tetap terjaga. Minimal shalat 5 waktu dijalankan dengan segala kondisi dan konsisten. Saya sangat setuju dengan hal itu, sangat bijaksana. Selamat di dunia juga selamat di akhirat karena tujuan hidup kita bukan hanya di dunia saja bukan? Koq bisa selamat di dunia? Ya, karena orang yang paling sukses hidup di dunia adalah orang yang paling tenang hidupnya, yang paling positif pikirannya. Bukan hanya pikirannya, tapi hidupnya juga positif. Katakanlah, negatif itu seperti kata orang, kehidupan glamour, diskotik, narkoba, dsb. Nah, hidup yang positif itu sepertinya hidup yang sehat, punya disiplin istirahat untuk badannya, punya waktu tiap hari untuk menenangkan diri, dsb, dsb... ya... yang baik2 itu lah.
Saya yakin, banyak dari kita yang mendapat nasehat mengenai hidup yang positif, akan merasakan keNAIFan. Hidup yang positif yang saya ceritakan diatas sepertinya koq sulit banget dan sepertinya tidak mungkin untuk dicapai.

Itulah, makanya bukan ujian hidup namanya klo gak sulit ya kan??? KeNAIFan yang anda rasakan, menurut saya adalah ujian hidup. Ujian hidup ataupun ujian matematika, sama2 punya minimal 2 jawaban bukan? Nah, saat anda mendapat informasi mengenai hidup yang positif, saat itu pula sebenarnya anda disuruh menjawab dan bisa jadi jawaban anda :
1. Ingin insyaf tapi koq rasanya tidak mungkin
2. Ingin insyaf tapi koq suliiiiiit banget
3. Ingin insyaf tapi ....
s/d 100 jawaban
atau jawaban :
1. Oke, saya mau memulainya segera. Mulai detik ini.
2. InsyaALLAH besok akan saya coba (dan esoknya anda pasti lupa)
dsb
Kedua versi jawaban tersebut punya dua jenis kan? Positif, bila ingin berubah meski bertahap, perlahaaaaan sekali, dsb. Negatif apabila mau tapi nggak mau melakukannya dan cenderung putus asa. Anda setuju kan klo saya bilang pasti yang NEGATIF itu yang salah. Saya juga setuju.

Tapi kenapa koq banyak orang yang seperti itu ya????????
Bahkan yang menyetujuinya pun saya yakin juga ada yang seperti itu?

Stay cool,... untungnya hidup itu fleksibel. Alhamdulillahnya Allah ini Maha Baik, akan dia pilih hambaNya dan dia akan membantu hambaNya untuk memperbaiki dirinya sendiri. Nah, semoga kita semua tergolong hamba2Nya yang akan dipilihNya.
Memang, gak ada dari kita yang tau, gimana rasanya di surga n neraka. Yang pasti gak enak lah di neraka dan kita pasti sebenarnya gak mau. Nah lagi2 terjadi tuh MAU TAPI GAK MAU (melakukan usaha) hehehe.
Bisnis, menurut saya, banyak sekali menggunakan pikiran2 positif dan kita harus belajar agar bisa sukses secara finansial, belajarnya tentunya bukan di bangku lho? belajarnya ya harus mulai usaha! Bukannya lebih baik tangan diatas daripada dibawah? Bukannya menjadi pemimpin adalah sebuah amanah yang mulia (meski bisa sebaliknya) ? Bukannya kita dianjurkan untuk menolong sesama?


Sekali lagi, hidup yang sukses itu, selamat di dunia dan selamat di akhirat. Semoga hati kita selalu tergerak dan mengingat hal ini. Amin