Minggu, 20 September 2009

Lebaran

Lebaran kali ini terasa lebih hangat apalagi merasakannya di rumah sendiri bersama anak-anak. Meluangkan waktu bersama terasa mengurangi stress hingga ke level yang lebih rendah dari biasanya. Tapi di satu sisi saya merasa Ramadhan ini gagal untuk saya dan mungkin untuk sebagian orang juga. Meski menjalani ibadah standar tetapi jika evaluasinya di-grafik-kan menurun hingga level yang lebih rendah juga dari biasanya. Awalnya memang rajin tapi setelah beberapa hari kemudian mulai keliatan aslinya, kata orang tua kita. Fenomena ini secara umum terlihat pada orang-orang pun mulai numpuk di Mall, Pasar, dan pusat perbelanjaan lainnya pada saat menjelang Lebaran.
Bisa saya simpulkan bahwa kemenangan Ramadhan yang sesungguhnya, adalah pada saat kita tetap konsisten beribadah dari awal hingga akhir Ramadhan. Ukurannya? Sederhana, Khatam Qur'an dan mentadabburinya bila sempat, Shalat 5 waktu tentunya, Ibadah tambahan yang dikerjakan konsisten (tarawih, tahajjud, dhuha, dsb) serta MENJAGA diri (bukan hanya istiqamah menjaga perut tapi juga menjaga pandangan, hati dan lisan). Itu hanya sedikit ukuran dari saya, jika didiskusikan dengan orang yang soleh, pasti bertambah lagi ukuran2nya. :)

Perasaan gagal saya dalam Ramadhan, saat Lebaran datang, ternyata saya merasa lebih gagal lagi... Betul2 saya terlena oleh nikmatnya makanan, shalat pun seringkali tertunda. Ah, saya pikir, gawat juga kondisi ini. Ironis rasanya,.. Ramadhan tidak banyak merubah pribadi saya.

Saudara2ku, mudah2an perasaan gagal ini hanya saya yang merasakan. Jika benar tidak banyak yang seperti itu, saya rasa Indonesia pasti sudah maju karena masyarakatnya luar biasa, sederhana saja kanena banyak yang sukses menjalankan ibadah puasa.
Dan jika banyak yang seperti saya, pantas saja Indonesia dilanda banyak masalah.

Selamat merayakan lebaran...